Pak Becak-pun ingin Pensiun

Kemarin malam (minggu, 10/4/11) saya berkunjung ke kelompok dampingan di Denanyar, Jombang. Kelompok ini merupakan salah satu anggota dari Paguyuban Becak Jombang (Pabejo). Ada statement menarik dari salah satu anggota kelompok ini. Kira-kira bunyinya adalah seperti ini: “Masio dudu pegawai negeri awake dewe iki yo pengen pensiun ndah !” (Meskipun bukan pegawai negeri, kita ini juga ingin pensiun juga dong!). Tersentak, saya kaget dengan kesadaran finansial mereka. Hanya dua kata yang bisa terucap dari bibir saya saat itu : “LUAR BIASA” !

Diskusi kecil ini muncul saat saya dan kawan saya (mas Wahab) memberikan sosialisasi mengenai Credit Union Semangat Warga (CUSW) yang digagas oleh Lakpesdam NU Jombang. Credit Union ini sejarahnya berasal dari Jerman. Konsep Credit Union (CU) ini digagas pertama kali oleh seorang Wali Kota Flammerfield di Jerman Barat, Friedrich Wilhelm Raiffeisen. Credit berasal dari bahasa Latin, yaitu credere yang artinya percaya. Union atau unus berarti kumpulan. Sehingga Credit Union berarti:
“Sekumpulan orang-orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu yang bersepakat untuk menabungkan uang mereka, sehingga menciptakan modal bersama, untuk dipinjamkan di antara sesama mereka, dengan balas jasa yang layak, untuk tujuan produktif dan kesejahteraan”.

Di dalam CU ini keuntungan untuk meminjam lebih baik daripada mengambil tabungannya. Hal ini dikarenakan Tabungan Anda di CU diberi deviden (bunga) sebesar 14% per tahun, sedangkan Anda membayar bunga pinjaman sebesar 2% menurun atau setara 13% per tahun. Artinya Anda memiliki untung 1% per tahun. Wah, lantas apakah dengan persentase deviden yang lebih besar dari persentase bunga pinjaman nasabah maka CU akan merugi? Jawabnya “TIDAK” ! Ini dikarenakan lembaga keuangan CU berhadapan dengan banyak orang atau anggota, maka riil penghasilan lembaga adalah 2% x 12 bulan = 24% per tahun.

Tidak percaya ? Ini dia ilustrasinya (diambil dari website CUSW) :

SIANA seorang petani dan anggota CU, SIANU juga seorang petani tetapi bukan anggota CU. Mereka masing-masing memiliki uang Rp 5 juta yang akan dialokasikan untuk membeli sapi agar mendapatkan tambahan penghasilan.

SIANU (bukan anggota CU) langsung ke pasar hewan membelanjakan uang Rp 5 juta-nya untuk seekor sapi, bayar tunai sambil berkata, “Ngapain membuat pusing sendiri dengan utang.” Sapi dibawa pulang dan dipelihara dengan baik, dan selama 5 tahun sapinya beranak 2 atau 3 kali.

SIANA (anggota CU) memiliki konsep lain: Bila perlu uang jangan pakai uang sendiri, tetapi pinjam. Oleh karenanya uang Rp 5 juta miliknya dibawa ke CU untuk ditabung. Bodohkah dia, mau beli sapi kok uangnya malah ditabung? DIA TIDAK BODOH TETAPI SEBALIKNYA: CERDAS ! Karena begitu uangnya ditabung, ia segera meminjam sebesar tabungannya, baru pergi membeli sapi (misal diangsur 5 tahun, bunga 2% menurun). Selama 5 tahun SIANA mengeluarkan uang untuk membayar angsuran dan bunganya sebesar Rp 8.052.650, dan karena sapinya dipelihara dengan baik maka sudah beranak 2 atau 3 kali.

Karena SIANA memiliki tabungan di CU sebesar Rp 5 juta, maka dalam 5 tahun tanpa terasa berkembang menjadi Rp 9.627.073 (memiliki penghasilan pasif = Rp 1,5 juta lebih) dan tentu saja ditambah dengan hasil perkembangan sapi. Sedangkan SIANU hanya memiliki penghasilan dari perkembangan sapi saja tanpa memiliki penghasilan pasif karena tidak memiliki tabungan.

Berdasarkan pengalaman dan inspirasi tersebut maka para abang becak di Pabejo memiliki visi finansial. Bahwa mereka harus bisa pensiun ! karena pensiun juga merupakan hak mereka sebagai pekerja yang sebenarnya, bukan hanya pegawai yang cuman datang ngantor lantas belum waktunya pulang mereka sudah pulang dan kerja seenaknya lantas bisa menikmati pensiun hanya sebagai bentuk apresiasi loyalitas bukan produktivitas.

Semoga sejahtera selalu melimpah untuk mereka anggota CU…